Keadaan seperti inilah yang ternyata menggerakkan kakak-kakak dari UNPAD untuk mendirikan sekolah alternatif bernama Taman Ilmu. Peserta Taman Ilmu ini adalah teman-teman kita yang putus sekolah di daerah Sukawening dan sekitarnya.
Menurut penanggung jawab Taman Ilmu, Kak Rahmi, sampai saat ini sekitar 50 anak tercatat sebagai murid Taman Ilmu. Sama seperti sekolah pada umumnya, di Taman Ilmu ini, para murid dibagi menjadi enam kelas. Kelas satu sampai kelas enam. Hanya saja sahabat, kondisi yang ada tidak memungkinkan satu kelas mendapatkan satu ruangan. Jadi, dari enam kelas ini dibagi menjadi tiga ruangan. Ruangan pertama untuk kelas satu dan dua, yang kedua untuk kelas tiga dan empat, dan ruangan terakhir untuk kelas lima dan enam.
Nah, sahabat pelangi, teman-teman kita di Taman Ilmu ini bersekolah setiap hari Kamis, Jum’at, dan Sabtu pukul 14.00-16.30. Sambil mengisi waktu sebelum sekolah, teman-teman kita terbiasa untuk membantu orang tuanya. Ada juga yang harus bekerja dulu sebelum sekolah. Meskipun begitu, teman-teman kita ini sangat semangat mengikuti pembelajaran.
“Seneng. Kakaknya baik-baik,”kata Ina, salah satu murid Taman Ilmu yang memiliki keterbelakangan mental.
Mendirikan sekolah alternatif memang bukan hal yang mudah, sahabat. Kakak-kakak dari UNPAD ini harus menyediakan kurikulum bagi teman-teman kita di Taman Ilmu. Tidak hanya itu, ada juga tim pembuatan program akademik. Tugasnya membuat teman-teman kita di Taman Ilmu tidak jenuh dengan pembelajaran. Misalnya dengan berekreasi bersama. Pembuatan kurikulum dan program ini dilakukan agar lulusan Taman Ilmu memiliki kemampuan yang tak kalah hebatnya dengan lulusan sekolah regular.
Nah, sahabat pelangi, jika mereka masih tetap semangat belajar dalam keterbatasannya, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita belajar bersungguh-sungguh?
1 komentar:
masih bisa jadi guru di sana gak? gimana carany?
Posting Komentar